Kiai Abbas sang kiyai besar Buntet

Nglayab Cirebon 09-4-2016

“Kyai Abbas Buntet, Sang Pejuang Yang Kuat Lahir Batin”
(Serial Islam Cinta Bagian 59)

Kyai Abbas Buntet lahir pada Hari Jum’at 24 Dzul Hijjah 1300 H/ 1879 M. Beliau lahir dan tumbuh di tengah-tengah imperialisme Belanda dan Jepang. Ayahnya, KH Abdul Jamil adalah pengasuh Pondok Pesantren Buntet Cirebon yang ketiga, setelah KH Muta’ad (kakek Kyai Abbas), dan KH Muqayyim (eyang buyut) yang merupakan pendiri Pondok Pesantren Buntet.

Kyai Abbas Buntet terkenal sebagai seorang ulama yang berpandangan luas dan memiliki sikap terbuka terhadap siapa saja, baik itu ulama, intelektual, politisi dan sebagainya. Sikap beliau yang terbuka ini menjadikan beliau seorang yang terus terang dalam mengajarkan ilmu kepada santri-santrinya. Selain dikenal sebagai ulama yang berwawasan luas, Kyai Abbas juga dikenal sebagai pejuang yang tangguh, mampu berpikir tajam dan bertindak tepat untuk memainkan peranan penting di tengah pergolakan politik Indonesia yang mencekam karena imperialisme Belanda, gerakan fasisme Jepang, agresi militer Belanda dan perjuangan revolusi kemerdekaan.

[Riwayat Pendidikan]
Sejak kecil, Kyai Abbas sudah menjadi santri yang suka mencari ilmu dari satu pesantren ke pesantren yang lain (santri keliling). Berikut adalah riwayat pendidikan dan perantauan Kyai Abbas Buntet dalam mencari ilmu:
1. Berguru kepada ayahandanya, KH Abdul Jamil di Pondok Pesantren Buntet Cirebon.
2. Berguru kepada KH Nasuha di Pondok Pesantren Sukanasari Plered Cirebon.
3. Berguru kepada KH Hasan di Pondok Pesantren Salaf Jatisari.
4. Berguru kepada KH Ubaidah Tegal Jawa Tengah.
5. Berguru kepada Hadhratusysyekh KH Hasyim Asy’ari di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.
6. Merantau untuk mencari ilmu ke Mekkah. Di Mekkah, Kyai Abbas Buntet bertemu dengan para santri Nusantara yang kelak akan menjadi ulama-ulama besar, seperti: KH Wahhab Hasbullah Jombang, KH Bakir Yogyakarta, KH Abdillah Surabaya. Di Mekkah, Kyai Abbas Buntet berguru kepada ulama-ulama besar di zamannya, antara lain adalah seorang ulama yang berasal dari Tremas Pacitan Jawa Timur, yaitu Syekh Mahfudh Tremas.

[Kiprah Perjuangan Kyai Abbas]
Setelah melanglang buana kemana-mana untuk mencari ilmu, Kyai Abbas Buntet akhirnya kembali ke tanah air. Beliau kemudian ikut berkhidmah dan mengembangkan pesantren Buntet yang diasuh oleh ayahnya KH Abdul Jamil. Kyai Abbas Buntet bukan hanya piawai mengajarkan kitab-kitab kuning dan mengaplikasikannya dalam kehidupan, beliau juga terkenal sebagai seorang mursyid tarekat yang mengembangkan Tarekat Tijaniyyah, sebuah tarekat yang didirikan oleh Abu Abbas Ahmad At-Tijani dari Fez Algeria (1150 H/1737 M). Para peneliti perkembangan tarekat di Indonesia menyimpulkan bahwa Pondok Pesantren Buntet, semenjak diasuh oleh Kyai Abbas, tidak diragukan lagi menjadi salah satu starting point perkembangan tarekat di Indonesia.

Bukan sekedar menjadi ulama yang alim dan abid saja, Kyai Abbas salah satu murid kesayangan Hadhratusysyekh KH Hasyim Asy’ari ini juga dikenal sebagai kyai yang memiliki kemampuan ilmu bela diri yang tinggi (kedigdayaan). Kyai Abbas Buntet adalah sebuah representasi bahwa kyai yang berjuang di masyarakat harus kuat lahir batin. Pada tahun 1900-an, Kyai Abbas dipanggil mahagurunya KH Hasyim Asy’ari untuk segera menghadap ke Tebuireng Jombang. Waktu itu, di Tebuireng sering terjadi kekacauan dan keonaran, sehingga kegiatan pengajian di pesantren sangat terganggu. Selain itu, Tebuireng kala itu tengah dilanda wabah penyakit yang sangat membahayakan. Kyai Abbas pun segera berangkat memenuhi panggilan mahagurunya, bersama dengan KH Sholeh Zamzam Bendakerep, KH Abdullah Pengurangan dan KH Syamsuri Wanatara. Singkat cerita, atas izin Allah, akhirnya situasi di Tebuireng kembali menjadi normal setelah Kyai Abbas dkk datang.

Professor Ibrahim Hossein, salah satu murid kesayangan Kyai Abbas Buntet, pernah bercerita bahwa ketika Bung Tomo datang berkonsultasi kepada Hadhratusysyekh Hasyim Asy’ari untuk meminta persetujuan dimulainya perlawanan rakyat terhadap Inggris, Mbah Hasyim menyarankan supaya pertempuran jangan dimulai terlebih dulu sebelum Kyai Abbas Buntet sampai di Surabaya.

Dan sejarah mencatat bahwa Kyai Abbas Buntet memiliki sumbangsih dan kontribusi yang luarbiasa besar pada peristiwa 10 November 1945 itu. Beliau adalah pemimping rombongan pejuang Cirebon yang segera berangkat ke Surabaya dengan menggunakan kereta api. Sesampainya di Surabaya, Kyai Abbas bersama pasukan Cirebon kemudian bergabung dengan rakyat Indonesia yang sudah siap bertempur mengusir Inggris dari Indonesia. Atas restu Mbah Hasyim, Kyai Abbas Buntet terlibat langsung bahu membahu bersama para pejuang dalam pertempuran sengit tersebut. Kyai Abbas juga mengirim para pemuda yang tergabung dalam pasukan Hizbullah ke berbagai daerah pertahanan seperti: Jakarta, Bekasi, Cianjur dsb, untuk berjaga-juga supaya pertahanan Nusantara tidak jebol oleh serangan musuh.

Pada waktu itu, Pondok Pesantren Buntet Cirebon yang diasuh oleh Kyai Abbas menjadi basis laskar Hizbullah. Hizbullah adalah organisasi perjuangan para pemuda umat Islam Nusantara yang bertujuan untuk menghapuskan penjajahan atas bangsa Indonesia. Selain menjadi basis tentara Hizbullah, pesantren Buntet juga menjadi basis tentara Sabilillah, organisasi umat Islam yang juga memiliki misi untuk melawan imperialisme penjajah. Di pesantren Buntet, para tentara Hizbullah dan Sabilillah diajari tentang ilmu-ilmu agama, ilmu tarekat dan ilmu kanuragan. Gabungan antara ilmu agama, tarekat dan kanuragan itu pada akhirnya mampu melahirkan sebuah kekuatan perjuangan yang luar biasa, hingga tentara Hizbullah dan Sabilillah mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap kemerdekaan Indonesia. Hizbullah dan Sabilillah waktu itu menjadi salah satu ancaman yang paling ditakuti baik oleh Belanda maupun Jepang.

[Wafat Kyai Abbas Buntet]
Pada hari ahad 1 Rabi’ul Awwal 1365 H/ 1946 M, sang kyai yang terkenal kuat lahir batin itu kembali keharibaan Allah Yang Maha Kuasa. Kyai Abbas Buntet meninggal di usia 64 tahun., setelah menunaikan ibadah shalat shubuh. Sang pejuang dan pahlawan Nusantara itu dikebumikan di kompleks pemakaman Pondok Pesantren Buntet Cirebon.

Kepada Kyai Abbas Buntet, sang kyai yang kuat lahir batin, mari kita haturkan Surat Al-Fatihah...

‪#‎GerakanIslamCinta‬ ‪#‎TerajuIndonesia‬
[FP: Teraju Indonesia, Twitter: @TerajuIndonesia] 
Bahan bacaan: 
Ahmad Zaini Hasan, Perlawanan Dari Tanah Pengasingan Kyai Abbas Pesantren Buntet dan Bela Negara.
Saifullah Ma’shum dkk, Menapak Jejak Mengenal Watak Sekilas Biografi 26 Tokoh Nahdlatul Ulama.
sumber foto: website Pondok Pesantren Buntet Cirebon.
0 Komentar untuk "Kiai Abbas sang kiyai besar Buntet"

Back To Top