SEJARAH KERAJAAN CIREBON KUNO

KEJARAH KERAJAAN CIREBON KUNO
SEJARAH KERAJAAN CIREBON KUNO

Peradaban dan kebudayaan Cirebon sesungguhnya sudah berusia lebih dari 1600 tahun karena di Cirebon pernah berdiri beberapa kerajaan yang tumbuh sebagai cikal bakal Cirebon yang kita kenal sekarang berbarengan dengan munculnya Tarumanagara, yaitu Kerajaaan Indraprahasta. Setelah itu bermunculan kerajaan-kerajaan lain seperti Kerajaan Carbon Girang, Caruban Larang, Keraton Singapura, dan Keraton Japura.
1. Kerajaan Indraprahasta
Kerajaan Indraprahasta terletak di Cirebon Girang atau Talun Kabupaten Cirebon sekarang. Kerajaan Indraprahasta didirikan pada tahun 285 M oleh Maharesi Santanu sebagai negara bawahan Salakanagara, yang berkuasa di Salakanagara saat itu adalah Prabu Darmawirya Dewawarman VIII.
Sang Maharesi masih mempunyai pertalian kekeluargaan dengan Sang Dewawarman VIII. Karena itu, Sang Maharesi santanu diizinkan mendirikan desa diwilayah kerajaanya. Sang Maharesi Santanu membangun sebuah desa ditepi kali Cirebon, yang diberi nama Indraprahasta. Gunung Ciremai yang berdiri di dekat daerahnya, diberinama Indrakila dan kali Cirebon yang melewati daerahnya diberi nama Gangganadi.
Di bagian alur sungai diperlebar dan diperdalam sehingga mirip danau dinamakan Setu Gangga. Di tempat itulah diadakan upacara mandi suci, seperti kebiasaan di daerah asal Sang Maharesi Santanu lembah Sungai Gangga India. Reduplikasi semacam itu merupakan suatu pengabdian untuk mengenang tanah kelahiranya, tidak mengherankan jika orang Cirebon beranggapan bahwa Pandawa sebenarnya berkerajaan di Cirebon. Gelar Abhiseka Maharesi Santanu adalah Praburesi Santanu Indraswasra Sakala Kretabuana, permaisurinya bernama Dewi Indari putri Ratu Rani Spatikarnawarmandewi dan Prabu Darmawirya. Kerajaan Indraprahasta diperkirakan berdiri tahun 285 – 747 Masehi atau 398 – 645 saka, lokasi keratonnya terletak di Desa Sarwadadi Kecamatan Sumber (sekarang).
2. Keraton Carbon Girang
Keraton Carbon Girang cikal bakalnya berasal dari keraton Wanagiri didirikan oleh Ki Ghedeng Kasmaya, setelah runtuhnya Indraprahasta. Perubahan dari Wanagiri menjadi Carbon Girang setelah Ki Ghedeng Kasmaya memiliki anak pertama bernama Ki Ghedeng Carbon Girang hasil perkawinannya dengan Ratna Kirana Puteri Prabu Gangga Permana.
Tentang Cirebon Girang pada periode berikunya disebut-sebut memiliki kaitan dengan keturunan dari Prabu Guru Pangadiparamarta Jayadewabrata atau Sang Bunisora yang bertahta di Kerajaan Sunda Galuh (1357 – 1371). Sang Bunisora ketika itu bertindak sebagai pengganti raja setelah kakaknya (Prabu Wangi) gugur di Palagan Bubat.
Pasca Pangeran Walangsungsang diangkat menjadi Kuwu Carbon II dengan gelar Pangeran Cakrabuwana menggantikan Ki Danusela, maka pada tahun 1447, wilayah carbon Girang disatukan dibawah kekuasaan Kuwu Carbon II. Untuk kemudian pada tahun 1454 ia diangkat oleh Raja Pajajaran (Prabu Silihwangi) untuk menjadi Tumenggung diwilayah tersebut dengan gelar Sri Mangana.
3. Keraton Caruban Larang
Caruban Larang awalnya sebuah desa nelayan kecil bernama Dukuh Pasambangan terletak sekitar lima Kilometer sebelah utara Kota Cirebon Sekarang. Berdasarkan tutur tradisi Cirebon diyakini bahwa Caruban Larang didirikan pada 1 Muharam tahun Alip 1302 Jawa atau 1389 Masehi. Titimangsa tersebut (untuk sementara) ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Cirebon.
Kemenangan Raden Pamanah Rasa dalam sayembara adu jurit serta memenuhi persyaratan yang diajukan oleh Syekh Quro, maka Raden Pamanah Rasa atau Pangeran Jayadewata berhak menikahi Nyai Mas Subang Larang atau Subang Karancang. Untuk selanjutnya Nyai Subang Larang diboyong ke Keraton Galuh Surawisesa, karena pada masa itu Pamanah Rasa belum menjadi Raja Pajajaran, bahkan Ningrat Kancana ayahnya belum lagi dilantik menjadi raja di Galuh.
Dari cerita yang beredar di masyarakat, disebutkan Ki Gedeng Alang-alang terpilih menjadi Kuwu Caruban yang pertama, sedangkan Ki Somadullah menjadi Pangraksabumi (wakil kuwu) dengan gelar Ki Cakrabumi. Pada tahun 1450 M Ki Somadullah mengerahkan orang-orang untuk bersama-sama mendirikan tajug (musholla) di daerah Jelagrahan dan membuat gubuk di sekitarnya. Pendirian tajug dan dibukanya perkampungan (sekarang menjadi Keraton Kanoman) tersebut merupakan salah satu tanda perkembangan Islam di Cirebon. Perkampungan ini pada saatnya menjadi cikal-bakal bagi kota Cirebon.
4. Keraton Singapura
Singapura merupakan sebuah pemerintahan yang terletak kira-kira 4 km di sebelah utara Giri Amparan Jati. Luas wilayah secara pasti tidak jelas, tetapi indikasi batas-batasnya dapat ditemukan. Di sebelah utara berbatasan dengan Nagari Surantaka, di sebelah barat berbatasan dengan Nagari Wanagiri, di sebelah selatan dan timur dengan Nagari Japura, dan di sebelah timurnya, Laut Jawa (Teluk Cirebon). Pusat pemerintahannya berada di Desa Mertasinga Kecamatan Cirebon Utara Kabupaten Cirebon. Sisa-sisa istananya yang masih ada hingga sekarang adalah gerbang istana, yang oleh masyarakat setempat disebut Lawang Gede.
Pemimpin yang dikenal antara lain Surawijaya Sakti dan yang terakhir Ki Ghedeng Tapa atau Ki Jumajan Jati. Pada masa pemerintahan Ki Ghedeng Tapa itulah dibangun Mercusuar yang pertama oleh Laksamana Te Ho tahun 1415 Masehi. Mercusuar tersebut menjadi awal kebangkitan kegemilangan Pelabuhan Cirebon. Singapura telah berdiri sebelum Prabu Siliwangi naik tahta pada tahun 1428.
5. Keraton Japura
Keraton Japura adalah ibukota kerajaan Medang Kamulan yang di pimpin oleh Raja Andahiyang, seorang raja keturunan Prabu Ciung Wanara sepupuan dengan Raja Banyakwangi dari kerajaan Pajajaran. Kerajaan Medang Kamulan memiliki seorang senopati yang sakti mandra guna bernama Amuk Marugul.
Keraton Medangkamulyan bernama Gajahpura. Kawasan Medangkamulyan pada waktu meliputi : sebelah Utara : Laut Jawa, sebelah Timur : Pulau Goseng (Gebang sekarang), sebelah Selatan : Manis – Luragung (Kuningan , dan sebelah Barat : Sungai Kalijaga. Keraton Japura terletak di sebelah Timur Cirebon, pusat pemerintahan meliputi Desa Japura Kidul, Japura Lor dan Desa Astana Japura di Kecamatan Astana Japura, batas-batasnya meliputi sebelah Utara Laut Jawa, sebelah selatan Desa Cibogo dan Desa Jatipiring, sebelah Barat Desa Mundu Pesisir dan Desa Suci, dan sebelah Timur Desa Gebang.
Japura diduga sebagai pemukiman tua, karena jauh sebelum dikenal sebagai nagari yang kuat. Ada bukti arkeologis yakni sebuah situs yang berbentuk batu karang sebesar dan setinggi anak kecil oleh masyarakat setempat disebut Bumi Segandu. Berdasarkan pendapat para arkeolog, bahwa keberadaan Bumi Segandu merupakan tanda kepurbaan dari lokasi itu dan sekitarnya serta keberadaan dan fungsinya diidentikkan dengan menhir.
Kepemimpinan Japura sepeninggal Amuk Marugul digantikan oleh putranya Kyai Ageng atau Ki Gedheng Japura, hasil dari perkawinan Amuk Marugul dengan Nyai Retna Ayu Mayang Sari, putri Ki Ageng Sanggarung Raja Losari. Ki Ageng Japura memiliki putri bernama Nyai Mas Matang Sari, kemudian ia dinikahi oleh Pangeran Panjunan. Dari perkawinan tersebut lahirlah Pangeran Muhamad atau Pangeran Pelakaran. Pangeran Muhamad berputra Pangeran Santri yang kemudian menikah dengan Nyai Mas Pucuk Umum dari Sumedang. Inilah cikal bakal kerajaan Sumedang Larang.

Sumber : Hadi Susanto, S.Pd
0 Komentar untuk "SEJARAH KERAJAAN CIREBON KUNO"

Back To Top